Kepada
Tuhan yang Baik Hati
"tuhan, berikan aku tongkat ajaib
Musa, aku mau membelah negeriku, mengubur seluruh peluru,"
"tuhan, ada apa dengan fir'aun? Mashikah
ia dendam dengan Musa? Jadikanlah dada kami kami sungai-sungai yang mengalir,
tuhan.. mereka mencurigai kami mengamankan Musa di balik iman kami. Selamatkan iman
kami, hanyutkan iman kami, agar bermuara di Arsy.."
"tuhan, buatkan aku aku bahtera
seperti Nuh, aku mau menampung segenap masa kanakku agar tidak mati dilanda bah
air mata,"
"tuhan, tulislah sebuah surat
buatku perihal sabda-sabda Muhammad yang penyabar ditinggal pergi
ibu-bapaknya,"
"tuhan, mengapa mereka persis
saudara nabi Yusuf yang berniat mengucilkan hati kecilku dengan sebuah
penghargaan yang tidak punya daya menyelamatkan ibuku? Mengapa mereka bertepuk
tangan melihat senyumku yang cacat? Mengapa mereka tersenyum mendapati aku
hanya bocah dungu? dimana bakal aku taruh penghargaan mengkilap ini? ah, tuhan,
aku sudah tidak punya rumah, rumahku hancur. Kecuali, tuhan, engkau sudi
memberi aku rumah baru lengkap dengan ibu dan ayah yang bisa kupeluk, apa
permintaanku muluk?"
"tuhan, mengapa engkau takdirkan
negeri syam berperang? Jadikan aku nabi Khidir, tuhan—yang pandai mengeja
maksudmu,"
"…Amin."
Di malam yang berkabung,
Ahed Tamimi menengadah dengan kedua
telapak tangan seolah hendak meminta tuhan mengamankan negerinya ke sepasang
mungil telapak tangannya—di sisi do'anya yang lugu.
(dipublikasi dalam buku kumpulan puisi FAm "BEBASKAN PALESTINA" 2014)
**
Dini
Hari, Palestina Susah Tidur
Jantung Palestina sedang lantang
berdebar.
(roket-roket Israel berkibar, mematahkan
tiang bendera, membunuh yang merdeka)
Wajah Palestina bersemu merah
(seringai tentara membuat perangai
anak-anak berdarah. Tangis para orang tua diperah sebab Zionis sedang haus
parah
"tenggaklah sampai hausmu tuntas
dan waktumu amblas. Di dunia kematian, api telah siaga merebus sampai hangus
air mata yang kau telan sambil tertawa-tawa!")
Palestina seperti pemuda yang diserang
jatuh cinta,"akan aku korbankan apapun, sebab tubuhku yang tanah tidak
akan pernah sesuci cintamu,"
(Mereka membeli senjata dengan
lembar-lembar uang yang serakah. Kita mungkin tidak punya keserakahan dan uang,
tapi ayat-ayat quran ialah alat bayar yang sah buat membeli utuh kemenangan
Langit di Gaza menatap pasrah tanah di
hadapannya,"tenanglah.. telah aku siapkan lahan di tubuhku yang paling
luas dan tertinggi, syuhada! Tidak ada penjajah apalagi darah..")
Ia menyatakan cinta pada Palestina.
Jantung Palestina sedang lantang berdebar. Wajah Palestina bersemu merah. Palestina
seolah anak muda yang sedang diserang jatuh cinta.
(Tuhan bersemayam di lubuk gubuk kita.
Ia hanya sedang menguji cinta dengan kelaliman yang seolah perkasa dan bertubuh
tangguh bersenjata ampuh. Sementara kebenaran di mata dunia adalah fana)
Saudaraku,
lengan do'aku tidak kekar dan lebar buat sekedar mengusap punggungmu. Maaf
sungguh maaf, kami barangkali sedang menonton tivi dengan mata iba sekaligus
bersyukur mendapati Tuhan tidak berada di gubuk kami.
**
**sebaik-baik wanita mungkin ada di palestina. rahimnya khusyuk membesarkan jantung mungil yang kelak akan menjaga (dan membalas) surat-surat cinta Tuhan, InsyaAlloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pedas-pedas menggelitik