Powered By Blogger

Kamis, 25 September 2014

Dua buah puisi untuk negeri yang jauh dimana air mata dan peluru jatuh





Kepada Tuhan yang Baik Hati


"tuhan, berikan aku tongkat ajaib Musa, aku mau membelah negeriku, mengubur seluruh peluru,"

"tuhan, ada apa dengan fir'aun? Mashikah ia dendam dengan Musa? Jadikanlah dada kami kami sungai-sungai yang mengalir, tuhan.. mereka mencurigai kami mengamankan Musa di balik iman kami. Selamatkan iman kami, hanyutkan iman kami, agar bermuara di Arsy.."

"tuhan, buatkan aku aku bahtera seperti Nuh, aku mau menampung segenap masa kanakku agar tidak mati dilanda bah air mata,"

"tuhan, tulislah sebuah surat buatku perihal sabda-sabda Muhammad yang penyabar ditinggal pergi ibu-bapaknya,"

"tuhan, mengapa mereka persis saudara nabi Yusuf yang berniat mengucilkan hati kecilku dengan sebuah penghargaan yang tidak punya daya menyelamatkan ibuku? Mengapa mereka bertepuk tangan melihat senyumku yang cacat? Mengapa mereka tersenyum mendapati aku hanya bocah dungu? dimana bakal aku taruh penghargaan mengkilap ini? ah, tuhan, aku sudah tidak punya rumah, rumahku hancur. Kecuali, tuhan, engkau sudi memberi aku rumah baru lengkap dengan ibu dan ayah yang bisa kupeluk, apa permintaanku muluk?"

"tuhan, mengapa engkau takdirkan negeri syam berperang? Jadikan aku nabi Khidir, tuhan—yang pandai mengeja maksudmu,"

"…Amin."

Di malam yang berkabung,

Ahed Tamimi menengadah dengan kedua telapak tangan seolah hendak meminta tuhan mengamankan negerinya ke sepasang mungil telapak tangannya—di sisi do'anya yang lugu.

(dipublikasi dalam buku kumpulan puisi FAm "BEBASKAN PALESTINA" 2014)

**






Dini Hari, Palestina Susah Tidur


Jantung Palestina sedang lantang berdebar.

(roket-roket Israel berkibar, mematahkan tiang bendera, membunuh yang merdeka)

Wajah Palestina bersemu merah

(seringai tentara membuat perangai anak-anak berdarah. Tangis para orang tua diperah sebab Zionis sedang haus parah
"tenggaklah sampai hausmu tuntas dan waktumu amblas. Di dunia kematian, api telah siaga merebus sampai hangus air mata yang kau telan sambil tertawa-tawa!")

Palestina seperti pemuda yang diserang jatuh cinta,"akan aku korbankan apapun, sebab tubuhku yang tanah tidak akan pernah sesuci cintamu,"

(Mereka membeli senjata dengan lembar-lembar uang yang serakah. Kita mungkin tidak punya keserakahan dan uang, tapi ayat-ayat quran ialah alat bayar yang sah buat membeli utuh kemenangan
Langit di Gaza menatap pasrah tanah di hadapannya,"tenanglah.. telah aku siapkan lahan di tubuhku yang paling luas dan tertinggi, syuhada! Tidak ada penjajah apalagi darah..")

Ia menyatakan cinta pada Palestina. Jantung Palestina sedang lantang berdebar. Wajah Palestina bersemu merah. Palestina seolah anak muda yang sedang diserang jatuh cinta.
(Tuhan bersemayam di lubuk gubuk kita. Ia hanya sedang menguji cinta dengan kelaliman yang seolah perkasa dan bertubuh tangguh bersenjata ampuh. Sementara kebenaran di mata dunia adalah fana)

Saudaraku, lengan do'aku tidak kekar dan lebar buat sekedar mengusap punggungmu. Maaf sungguh maaf, kami barangkali sedang menonton tivi dengan mata iba sekaligus bersyukur mendapati Tuhan tidak berada di gubuk kami.

**

**sebaik-baik wanita mungkin ada di palestina. rahimnya khusyuk membesarkan jantung mungil yang kelak akan menjaga (dan membalas) surat-surat cinta Tuhan, InsyaAlloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pedas-pedas menggelitik