Powered By Blogger

Rabu, 14 November 2012

MORFOLOGI

buntu.
tak menemui celah, sekecil-kecilnya.
tidak ada!
terkungkung.
dalam buih pekat, menahan aku mengejar dia.

Dia..
aku terlalu gila menggeluti dirinya
hampir-hampir mengerutkan urat syarafku
merusak sistemnya tanpa ampun.hanya karena dia membangun sarang disana, kepalaku.

Dia..
aku ingin sekali mendandaninya
menggauni tubuhnya yang sudah elok
dengan balutan mesra
agar dia terlihat berbeda dari 'dia' yang mereka punya.
agar 'dia' yang kumiliki lebih berharga, bernilai, tak dilirik dengan enggan.

Ah!
aku ingin sekali menyentuhnya
menyentuh titik paling krusial di dirinya
lalu, dengan satu tarikan saja
dia luluh dalam hangatnya bahu dipelukanku..

bukan.
aku bukannya ingin bermain-main
mengambil secumbu kenikmatan
dari wujudnya. wujud istimewa, entah bagaimana aku menjelaskan tentang itu.
lalu, aku pamerkan pada orang-orang
dengan bangga
dengan gaya sok hebat,"aku sudah menaklukkannya"
setelah itu, sesorak pujian menguarkan aroma menusuk disekelilingku. dan aku tersenyum sumringah, angkuh.
bukan. sekali lagi, aku bukan ingin itu.

aku.hanya.ingin.dia.
DIA
terobsesi
tergila-gila
atau dengan verba yang lebih halus ; Jatuh Cinta

oke, dia bahkan tidak percaya AKU MENCINTAINYA
sudahlah
lupakan tentang 'aku' dipikiranmu
terserah kau saja
sekalipun kau tetap begitu
dengan tawa menikung telingaku.
mengejek, mengatai, dengan jahat.
bagiku,
putus asa bukan jalan kompas untuk orang-orang yang jatuh cinta. dengar?
kamu bisa menangkap suaraku itu? aku membisik kamu dengan cinta.
tapi,
dia masih membuang muka.

asal tahu saja.
seberapa banyak dentang jarum jam
berdenting
bergema, menakut-nakuti
tak akan aku biarkan dia menghasutku dalam kepayahan.

dia..
adalah 'morfologi'
yang tak kan pernah habis
kuselesaikan, disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pedas-pedas menggelitik